Berita Hukum Legalitas Terbaru
Hukum  

Kontroversi Kenaikan Harga Beras, Penyaluran Bansos Dituduh sebagai Pemicu Utama

people standing on green grass field during daytime

Sah! – Dua hari pasca Pemilu, pada hari Jumat, 16 Februari 2024, harga komoditas bahan pangan secara keseluruhan mengalami peningkatan.

Di antara komoditas tersebut, terjadi kenaikan harga pada beras premium, beras medium, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging sapi murni, daging ayam ras, telur ayam, gula konsumsi, minyak goreng kemasan, dan tepung terigu.

Kondisi tersebut kemudian dikaitkan dengan penyaluran bantuan sosial beras oleh pemerintah yang diyakini menjadi salah satu faktor penyebab kelangkaan dan kenaikan harga beras.

Menurut laporan panel harga pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas), terjadi peningkatan harga pada beberapa komoditas bahan pangan dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Harga beras premium meningkat sebesar 1,26 persen, mencapai Rp 16.100 per kilogram, sedangkan beras medium mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen menjadi Rp 13.970 per kilogram.

Di Provinsi Papua Pegunungan, harga beras premium mencapai puncaknya di Rp 23.420 per kilogram. 

Kenaikan harga juga tercatat pada bawang merah dan bawang putih, masing-masing naik sebesar 1,73 persen menjadi Rp 33.490 per kilogram dan 1,33 persen menjadi Rp 38.760 per kilogram.

Sementara itu, harga daging sapi murni dan daging ayam ras naik masing-masing sebesar 0,03 persen menjadi Rp 134.060 per kilogram dan 1,71 persen menjadi Rp 36.900 per kilogram. 

Telur ayam juga mengalami kenaikan sebesar 1,54 persen menjadi Rp 29.100 per kilogram.

Selain itu, minyak goreng kemasan sederhana dan tepung terigu juga mengalami kenaikan harga, dengan minyak goreng naik 0,63 persen menjadi Rp 17.510 per kilogram dan tepung terigu (curah) naik 0,76 persen menjadi Rp 10.640 per kilogram.

Namun, harga gula konsumsi tetap berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yaitu Rp 17.540 per kilogram, naik sebesar 0,11 persen dari pekan sebelumnya. 

Jagung peternak juga mengalami kenaikan sebesar 2,92 persen menjadi Rp 8.810 per kilogram.

Sementara itu, harga semua jenis ikan juga mengalami kenaikan, di mana ikan kembung naik 3,69 persen menjadi Rp 38.450 per kilogram, ikan tongkol naik 1,31 persen menjadi Rp 32.560 per kilogram, dan ikan bandeng naik 0,12 persen menjadi Rp 33.680 per kilogram.

Keluhan juga disuarakan oleh Hari Santosa (61), seorang pedagang beras yang beroperasi di Pasar Kranji, Kota Bekasi.

Dia mengungkapkan kekesalannya saat mengetahui bahwa pemerintah membeli beras langsung dari gudang atau agen di luar daerah yang biasanya menjadi pemasok bagi pedagang beras lokal.

Hal ini membuat stok beras menjadi langka di pasar lokal. “Mereka membelinya dari penggilingan di Jakarta Timur, bukan dari pedagang beras lokal di sini. Akibatnya, kami di sini terus menderita, karena bos-bos mereka membeli langsung dari penggilingan dengan harga yang lebih murah,” ujar Hari ketika diwawancarai oleh wartawan di Bekasi pada hari Minggu, 18 Februari 2024.

Saat ini, dia menjual 5 liter beras dengan harga Rp80 ribu, yang merupakan kenaikan sebesar Rp20 ribu dari sebelumnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa tudingan mengenai kenaikan harga beras karena penggunaan stok untuk bantuan sosial (bansos) adalah tidak benar.

Menurut Jokowi, bantuan sosial berupa beras 10 kilogram justru diberikan untuk menstabilkan harga. Pemerintah berupaya untuk menyeimbangkan permintaan dengan menyediakan tambahan pasokan beras melalui bantuan sosial tersebut.

Jokowi menegaskan bahwa tidak ada keterkaitan antara bantuan beras pangan dan kenaikan harga, bahkan sebaliknya, bantuan tersebut dapat mengendalikan harga dengan menyediakan pasokan melalui bansos kepada masyarakat.

Presiden juga mengungkapkan bahwa pemerintah menggunakan rumus permintaan dan penawaran dalam mengatasi kenaikan harga beras, dengan harapan bahwa dengan adanya bantuan sosial beras, harga di pasar akan terkendali.

Sementara itu, pemerintah juga sedang memperkuat distribusi beras dari Badan Urusan Logistik (Bulog) ke berbagai daerah.

Meskipun mengakui adanya beberapa kendala dalam distribusi akhir-akhir ini, Jokowi mengungkapkan bahwa pemerintah telah berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan mengirimkan beras dari Bulog ke daerah-daerah, termasuk Pasar Induk Cipinang.

Sebelumnya, kenaikan harga beras terjadi bersamaan dengan kebijakan pemerintah dalam menyalurkan bantuan pangan 10 kilogram kepada masyarakat marjinal.

Beberapa pihak, termasuk Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey, menyebutkan adanya keterkaitan antara kenaikan harga beras dan kebijakan tersebut.

Menurut Ekonom Senior dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, distribusi bantuan sosial (bansos) secara besar-besaran yang dilakukan secara tiba-tiba merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan kelangkaan beras.

Penyaluran bansos yang dipercepat oleh pemerintah selama masa Pemilu menyebabkan peningkatan permintaan beras di tengah ancaman defisit produksi.

Tauhid menjelaskan bahwa pemerintah sebenarnya telah merencanakan impor beras sebanyak 1,8 hingga 2 juta ton. 

Namun, pasokan yang seharusnya dialokasikan ke pasar menjadi kurang karena adanya keputusan politik untuk mengalihkan sebagian pasokan tersebut ke program bansos.

Momen ini terjadi karena permintaan meningkat secara bersamaan, sementara pasokannya tidak siap untuk memenuhi kebutuhan mendadak akan beras.

Biasanya, untuk bansos dan sejenisnya, rencananya pemerintah sudah merencanakan impor dan sebagainya pada bulan Maret. 

Namun, karena ada kebutuhan mendadak pada bulan Januari-Februari, maka kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi dan secara otomatis terjadi kelangkaan.

Kontroversi mengenai beras di dalam negeri terus berlanjut. Tidak hanya tentang tingginya harga, beberapa ritel modern bahkan mulai kehabisan persediaan beras.

Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori, berpendapat bahwa kelangkaan dan kenaikan harga beras awal tahun ini tidak hanya disebabkan oleh bantuan sosial beras dari pemerintah.

Menurutnya, sulit untuk menegaskan bahwa kenaikan harga beras atau kekurangan beras di ritel modern sepenuhnya disebabkan oleh bantuan sosial.

Hal ini karena ada faktor lain yang juga berperan, seperti defisit produksi beras yang mencapai 2,8 juta ton di awal tahun. Selain itu, banyaknya acara besar pada awal tahun seperti Pemilu dan Lebaran juga memicu peningkatan permintaan beras.

“Jadi menurut saya, sulit untuk memastikan bahwa kenaikan harga beras atau kekurangan beras di ritel modern disebabkan oleh bantuan sosial,” jelas Khudori kepada Kontan.co.id pada Jumat, 16 Februari.

Khudori menyatakan bahwa situasi beras saat ini sangat kritis karena terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan. Terlebih lagi, panen besar diperkirakan baru akan terjadi pada bulan Maret ini dengan surplus yang diperkirakan mencapai 0,97 juta ton.

Namun demikian, menurutnya, surplus ini juga akan menjadi rebutan oleh banyak pihak, terutama untuk mengisi jaringan distribusi yang sebelumnya mengalami kekeringan karena kurangnya pasokan.

Dalam hal ini, Jokowi optimis bahwa dalam waktu seminggu hingga dua minggu ke depan, harga beras akan sedikit turun, terutama dengan adanya panen raya yang akan datang.

Bagi Anda yang membutuhkan layanan pengurusan legalitas usaha serta pembuatan izin HAKI termasuk pendaftaran hak cipta, SAH! Solusi Administrasi Hukum Indonesia bisa menjadi solusi yang tepat untuk Anda. Segera hubungi WhatsApp 0856 2160 034 atau kunjungi laman sah.co.id

WhatsApp us

Exit mobile version