Berita Hukum Legalitas Terbaru

Skandal Cambridge Analytica : Ketika Data Pribadi Disalahgunakan Untuk Politik

facebook internet login screen
Photo by Pixabay on <a href="https://www.pexels.com/photo/facebook-internet-login-screen-267482/" rel="nofollow">Pexels.com</a>

Skandal Cambridge Analytica terjadi ketika perusahaan riset data politik, Cambridge Analytica, diduga melakukan praktik ilegal dalam mengumpulkan data pribadi pengguna Facebook untuk keperluan kampanye politik.

Pengertian Skandal Cambridge Analytica

Skandal Cambridge Analytica adalah sebuah insiden yang terjadi pada tahun 2018 di mana sebuah perusahaan riset data politik, Cambridge Analytica, diduga melakukan praktik ilegal dalam mengumpulkan data pribadi pengguna Facebook untuk keperluan kampanye politik.

Menurut laporan media, Cambridge Analytica menggunakan aplikasi yang disebut “thisisyourdigitallife” untuk mengumpulkan data dari lebih dari 50 juta pengguna Facebook.

Aplikasi ini mengumpulkan data yang termasuk informasi demografis, preferensi politik, dan kebiasaan online pengguna.

Perusahaan ini kemudian diduga menggunakan data tersebut untuk membuat profil pengguna dan menyajikan iklan yang disesuaikan dengan preferensi masing-masing individu, dengan tujuan untuk mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016.

Profil pengguna dan penyajian iklan yang disesuaikan dengan preferensi masing-masing individu, dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016.

Beberapa laporan menyebutkan bahwa Cambridge Analytica telah bekerja sama dengan tim kampanye presiden terpilih, Donald Trump, untuk membantu menangkap suara di sejumlah negara bagian yang dianggap krusial dalam pemilihan presiden.

flag of usa
Ilustrasi Pemilu di Amerika (Photo by Jonathan Meyer on Pexels.com)

Skandal Cambridge Analytica menyebabkan banyak kekhawatiran tentang privasi pengguna online dan keamanan data pribadi.

Hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab perusahaan teknologi besar seperti Facebook dalam mengelola data pengguna.

Keputusan Facebook mengizinkan aplikasi tersebut untuk mengumpulkan data pengguna juga dianggap sebagai kegagalan dalam mengelola hak privasi pengguna.

Akibat insiden ini, Facebook mengalami kerugian besar dari segi reputasi dan nilai pasar, serta dikenai sanksi dari pihak berwenang.

Cambridge Analytica sendiri ditutup dan dihapus dari Facebook setelah skandal terungkap, dan CEO-nya, Alexander Nix, diberhentikan.

Meskipun demikian, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2016 tidak dapat disebutkan sebagai hasil dari skandal Cambridge Analytica secara langsung. Ada banyak faktor

Skandal Cambridge Analytica menimbulkan kekhawatiran tentang privasi pengguna online dan keamanan data pribadi.

Hal ini juga memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab perusahaan teknologi besar seperti Facebook dalam mengelola data pengguna.

Keputusan Facebook mengizinkan aplikasi tersebut untuk mengumpulkan data pengguna juga dianggap sebagai kegagalan dalam mengelola hak privasi pengguna.

Akibat insiden ini, Facebook mengalami kerugian besar dari segi reputasi dan nilai pasar, serta dikenai sanksi dari pihak berwenang.

Skandal Cambridge Analytica menyebabkan banyak tuntutan hukum dan sanksi dari pihak berwenang. Berikut ini adalah beberapa putusan yang telah dikeluarkan dalam kasus ini:

  1. Facebook dikenai sanksi dari Federal Trade Commission (FTC) sebesar $5 miliar. Sanksi ini diberikan karena dianggap tidak memenuhi kewajiban dalam mengelola hak privasi pengguna dan tidak memberikan pemberitahuan yang cukup mengenai praktik pengumpulan data oleh Cambridge Analytica.
  2. Mark Zuckerberg, CEO Facebook, dijadikan saksi oleh Kongres Amerika Serikat untuk memberikan keterangan mengenai skandal ini.
  3. Cambridge Analytica ditutup dan dihapus dari Facebook setelah skandal terungkap.
  4. Alexander Nix, CEO Cambridge Analytica, diberhentikan setelah terungkap bahwa ia terlibat dalam praktik ilegal perusahaan tersebut.
  5. Facebook juga telah mengalami kerugian besar dari segi reputasi dan nilai pasar akibat skandal ini.

Sumber Referensi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *